Reak merupakan kesenian khas Sunda yang dipercaya lahir dan populer di Kawasan Bandung Timur hingga Sumedang dan sering ditampilkan dalam acara helaran syukuran seperti Khitanan, Panen Pertanian dan karnaval Perayaan HUT kemerdekaan Indonesia.
Ada banyak pendapat mengenai asal usul kesenian ini namun jika dikutip dari wikipedia secara harfiah Reak sendiri diambil dari kata hirup-pikuk, atau sorak-sorai gemuruh tetabuhan dan jika di translate kedalam bahasa sunda yaitu “susurakan atau eak-eakan”.
Reak memiliki rupa seperti singa barong dengan cat berwarna merah mata mencolok lalu memiliki sedikit rambut terakhir diberi penutup dari karung goni. Jumlah minimal pemain yang harus mendukung pertunjukan seni Reak ini sekitar kurang lebih 20 orang, atau lebih banyak akan lebih seru.
Irama tabuhan instrumen etnik musik tradisional sunda mengiringi para pemain pertunjukan dilakukan sembari berjalan yang mana kemudian membuat para pemain dan reak bergerak tanpa kehendak sehingga gerakan tubuh dalam tarian tampak begitu natural sesuai ruh leluhur yang merasuki jiwa pemain.
Jika sudah tak terkendali maka akan cepat disadarkan atau di netralisir oleh sang pawang untuk menghindari hal-hal yang tidak di inginkan.
Reak merupakan simbol dari pertarungan antara nilai kebaikan dan keburukan, Memberi pesan bahwa nilai kebaikan harus selalu dijaga manusia yang disampaikan melalui ekspresi budaya tradisional.
BACA JUGA: Grebeg Sudiro Akulturasi Kebudayaan Tionghoa dan Jawa













Pingback: FOTO: Kampung Lukis Jelekong Bertahan Di Tengah Pandemi – Motret Lagi!
Pingback: FOTO: ‘Puhun Pusaka Karatuan’, Prosesi Mohon Restu Leluhur Di Goa Pawon – Motret Lagi!