Pandemi Covid-19 memaksa kita untuk mau beradaptasi dengan keadaan, Data Kementerian Ketenagakerjaan hingga 20 April 2020 mencatat, sebanyak 2.084.593 pekerja dari 116.370 perusahaan dirumahkan dan terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) dikutip dari Media Indonesia.
Para pelaku usaha mau tidak mau harus memliki strategi inovasi dan menguasai digitalisasi agar bisa bertahan menghadapi badai pandemi yang entah berakhir sampai kapan. Beberapa bulan lalu saya berkesempatan mengunjungi Kampung Lukis Jelekong di Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Suasana di hari Sabtu pagi saat itu cuaca cukup cerah dan bersahabat namun hanya beberapa galeri atau kios yang terlihat membuka usahanya selebihnya tertutup rapat seperti tak ada kegiatan. Setelah cukup lama berkeliling akhirnya saya dan kedua teman memutuskan untuk singgah di salah satu galeri rumahan yang kebetulan sedang beraktifitas menjemur beberapa lukisan pesanan.
Mayoritas penduduk di kampung ini menjadikan lukisan sebagai mata pencahariannya maka dari itu darah seni telah mengalir turun temurun dari generasi ke generasi. Ciri khas lukisan dari Kampung Jelekong biasanya bertemakan pemandangan alam atau hewan seperti ikan koi namun tidak menutup kemungkinan untuk melukis bertemakan yang lainnya sesuai pesanan pembeli.
Rentang harga lukisan di Kampung Jelekong bervariasi mulai dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah tergantung tingkat kerumitan lukisan itu sendiri. Lukisan-lukisan dari Kampung Jelekong telah dikirim ke berbagai daerah di Indonesia salah satunya yang terbanyak adalah Pulau Dewata Bali bahkan tak jarang dikirim sampai ke luar negeri.
Sebelum pandemi pengiriman lukisan dari kampung lukis jelekong kurang lebih sekitar seribu lembar setiap minggunya, Namun ditengah pandemi seperti ini mau tidak mau mereka harus kehilangan pesanan hingga setengah nya atau bahkan tak ada pesanan sama sekali.
Salah satu strategi agar tetap bisa bertahan adalah dengan memanfaatkan digitalisasi yaitu memajang hasil karya lukisannya di market online serta dengan tetap berinovasi membaca selera pasar atau kemauan calon pembeli.
BACA JUGA: Melihat Seni Pertunjukan Reak di Tanjungsari Sumedang


















Pingback: FOTO: Bioskop Harewos Hibur Penyandang Disabilitas Netra Nonton Film – Motret Lagi!